Ubaid bin Umair adalah seorang tabi’in mulia
yang sering memberikan petuah. Seringkali orang yang menghadiri majlisnya, tak
terkecuali para sahabat, menangis dan terharu biru oleh nasihatnya yang
menyentuh kalbu. Ia adalah hamba Allah yang kekuatan malaikatnya mampu
mengalahkan kekuatan setannya, rasa takutnya kepada Allah mampu menundukkan
hawa nafsunya. Sehingga, ia bisa menyiramkan rasa takut yang berbuah taubat
kepada orang-orang di sekelilingnya. Kisah wanita Mekah yang bertaubat
berikut ini adalah salah satunya.
Abul Faraj
dan Ulama yang lain menceritakan bahwa ada seorang wanita cantik yang bertempat tinggal di Mekkah.Wanita
itu sebenarnya telah bersuami. Pada suatu ketika wanita itu memandang wajahnya
di depan cermin. Lantas dia berkata kepada suaminya:”Apakah menurut mu ada
seorang yang tidak tergoda dengan wajah ini ketika melihatnya?”sang suami
menjawab :”Ada,Wanita itu bertanya”Siapakah itu?” sang suami menjawab “Dia
adalah “Ubaid bin Umair, Karena ingin membuktikan kebenaran
atau kekeliruan ucapan suaminya, ia meminta izin, “Kalau begitu, izinkan aku
untuk menggodanya.”
“Ya, aku izinkan.”
Selanjutnya, wanita tersebut
mendatangi Ubaid bin Umair dengan berpura-pura bertanya dan meminta
fatwa. Ubaid menjawab pertanyaan wanita tersebut di pinggir ruangan Masjidil
Haram. Wanita tersebut menyingkapkan penutup wajahnya hingga terlihatlah kecantikan
wajahnya bak bulan purnama. Seketika itu juga, Ubaid bin Umair menasehati, “Ittaqillah ya amatallah,Takutlah kepada Allah wahai
hamba Allah.”
“Sungguh, aku tergoda denganmu. Maka,
lihatlah keadaanku ini.”
“Aku ingin bertanya sesuatu kepadamu. Jika
engkau menjawab dengan jujur, maka aku akan mempertimbangkan ucapanmu, dan
memenuhi keinginanmu.”
“Apapun yang ingin engkau tanyakan kepadaku
akan aku jawab dengan penuh kejujuran.”
“Beritahukan kepadaku, seandainya malaikat
datang untuk mencabut nyawamu, sukakah kamu bila aku memenuhi keinginanmu itu?”
“Tidak.” Jawab wanita itu.
“Engkau telah berkata jujur. Aku bertanya
lagi, Seandainya engkau telah dimasukkan ke dalam kubur kemudian engkau
didudukkan untuk ditanyai, sukakah engkau bila saat ini aku memenuhi
keinginanmu itu?”
“Tidak.” Jawab wanita itu dengan dada yang
sesak. Kali ini dengan suara bergetar.
“Engkau telah berkata jujur. Aku bertanya
lagi, seandainya manusia diberi catatan amal-amal mereka dan engkau tidak tahu
apakah akan menerima catatan amal dengan tangan kanan atau tangan kiri, sukakah
engkau bila aku memenuhi keinginanmu itu.”
Mendengar pertanyaan itu, wanita itu menjawab
dengan suara merinding dan tubuh menggigil, “Tidak.”
“Engkau telah berkata jujur. Sekarang, aku
bertanya lagi, seandainya engkau berdiri di hadapan Allah untuk mempertanyakan
semua perbuatan-perbuatanmu, sukakah engkau bila aku memenuhi keinginanmu itu?”
“Tidak.” Jawab wanita itu dengan tangis berderai yang semenjak tadi ia tahan.
“Tidak.” Jawab wanita itu dengan tangis berderai yang semenjak tadi ia tahan.
Ubaid melanjutkan, “Engkau telah berkata
jujur. Bertakwalah kepada Allah wahai hamba Allah. Sungguh Dia telah memberimu
anugerah besar dan mempercantik dirinya.”
Dengan hati yang bertaubat, ia kembali pulang
dan menemui suaminya dengan airmata yang masih berjatuhan. Sesampainya di
rumah, suaminya bertanya, “Apakah engkau berhasil menggodanya?”
“Sungguh aku dan kamu berada di
atas kebatilan.”
Dan semenjak itu, wanita Mekah ini selalu mengisi waktunya dengan banyak shalat, shiyam dan beribadah kepada Allah. Sampai-sampai suaminya berkata, “Apa yang dilakukan Ubaid kepada istriku. Dulu, setiap malam kami lalui ibarat pengantin yang sedang berbulan madu, tetapi sekarang ia telah mengubahnya menjadi seorang ahli ibadah.”
Dan semenjak itu, wanita Mekah ini selalu mengisi waktunya dengan banyak shalat, shiyam dan beribadah kepada Allah. Sampai-sampai suaminya berkata, “Apa yang dilakukan Ubaid kepada istriku. Dulu, setiap malam kami lalui ibarat pengantin yang sedang berbulan madu, tetapi sekarang ia telah mengubahnya menjadi seorang ahli ibadah.”
Sumber :
-
Dimana Posisi
Kita Pada Kalangan Salaf hal 171 penulis : Abdul Aziz bin Nashirul Jalil &
Bahauddin bin faith Aqil
-
Blog roviulrizal.wordpress.com
0 Comments